Naik pesawat dengan membawa bayi
mungkin menjadi suatu hal yang memerlukan persiapan matang. Berbagai hal mulai
dari pengurusan tiket hingga proses di dalam pesawat perlu dipikirkan sebelum
hari H. Berdasarkan pengalaman saya, saya mencoba berbagi melalui tulisan ini
mengenai seperti apa saja persiapan yang perlu dilakukan sebelum dan saat
berada di dalam pesawat saat membawa bayi.
Jadi awal bulan Nopember ini,
saya beserta istri dan mama mertua membawa bayi kami yang dilahirkan pada akhir
bulan september 2017 lalu dari Padang ke Jakarta dengan naik pesawat. Usia
Shanum, nama bayi kami, waktu itu baru 40 hari. Persiapan-persiapan yang kami
lakukan antara lain:
1. Mencari
informasi di internet tentang apakah bayi yang akan kita bawa naik pesawat ada tarif
tersendiri ataukah gratis.
Setelah saya
baca-baca ternyata tarif setiap maskapai berbeda-beda kebetulan Waktu itu saya
membeli tiket untuk maskapai Garuda. Dari total tarif yang saya bayar besarnya
biaya untuk bayi kurang lebih 20% dari harga tiket orang dewasa. Untuk maskapai
lain, sepertinya 10%.
2. Mencari
informasi mengenai syarat-syarat apa saja yang diperlukan atau sebaiknya
disiapkan sebelum kita membeli tiket untuk bayi.
a.
Usia Bayi
Berdasarkan informasi dari internet juga persyaratan
masing-masing maskapai terkait bayi yang akan dibawa terbang juga berbeda untuk
usia saya pernah membaca bahwa minimal usia bayi yang akan dibawa terbang naik
pesawat adalah 1 minggu karena waktu itu Shanum usianya adalah 40 hari sehingga
tidak ada kekhawatiran lagi bagi saya mengenai Apakah shanum sudah bisa dibawa
naik pesawat atau belum. Untuk informasinya saat itu saya baca di http://blog.pergi.com/ini-aturan-harga-tiket-pesawat-untuk-bayi-maskapai-indonesia/.
b.
Surat Pengantar dari Dokter
Untuk informasi apakah perlu membawa surat dokter,
saya membaca informasi dari https://blog.traveloka.com/berita/usia-berapa-bayi-naik-pesawat/.
Namun menjelang hari H penerbangan, saya lupa untuk mengurusnya. Tapi karena
waktunya sudah mepet maka saya pikir nanti di bandara pasti ada dokter yang
bisa memeriksa dan memberikan keputusan layak terbang bagi bayi yang akan
terbang ternyata ketika sudah sampai di counter check in, kebetulan surat
keterangan dari dokter tidak ditanyakan oleh petugas, yang ditanyakan adalah
mengenai apakah kondisi bayi sedang sehat atau ada keluhan tertentu. Karena Shanum
waktu itu sedang sehat maka tidak ada kendala dalam proses check-in
c.
Dokumen administratif
Waktu itu saya juga mencari Apakah ada syarat dokumen
tertentu yang harus dibawa ketika kita akan membawa bayi untuk naik pesawat
misalnya akta kelahiran atau surat keterangan lahir. Menurut informasi dari http://blog.reservasi.com/peraturan-bayi-naik-pesawat-menurut-beberapa-maskapai-di-indonesia/,
terkadang akta kelahiran diperlukan untuk mengecek usia bayi. Tapi berdasarkan
pengalaman saya, hal ini tidak dilakukan. Mungkin untuk jaga-jaga saja
sebaiknya dokumen tersebut dibawa.
3. Mempersiapkan
barang bawaan.
Jauh-jauh
hari sebelum hari H penerbangan sebaiknya kita membuat catatan atau daftar
barang yang akan kita bawa terkait kebutuhan bayi. Karena biasanya membutuhkan waktu berjam-jam bagi kita mulai
dari berangkat ke bandara, antri menunggu check in, hingga menunggu untuk masuk
ke dalam pesawat maka sebaiknya kita melakukan persiapan untuk hal tersebut
misalnya membawa pampers, tissue basah, selimut bayi, topi bayi, baju ganti
bayi, perlak bayi yang biasanya dibutuhkan ketika dia ganti popok,
penyumbat telinga yang akan digunakan ketika pesawat lepas landas ataupun
mendarat, gendongan bayi hingga mainan bayi apabila dibutuhkan. Dengan adanya
daftar barang bawaan tersebut maka kemungkinan terlupa saat hari H akan bisa
dihindari.
4.
Proses Check In
Ketika check in biasanya oleh
petugas akan secara otomatis dipilihkan bangku yang sederet apabila kita
bersama dengan keluarga kita. Duduk dengan keluarga pada bangku yang sederet
akan mempermudah kita ketika menggendong bayi di dalam pesawat. Yang terpenting
pastikan saja untuk minta bangku yang sederet ke petugas check in. Untuk
stroller tidak boleh dimasukkan ke dalam kabin. Waktu itu saya sempat ditanya
oleh petugas apakah saya membawa stroller apa tidak, apabila membawa maka akan sekalian
dimasukkan ke bagasi.
5.
Ketika sudah masuk ke dalam pesawat.
Begitu sudah masuk ke dalam
pesawat mulailah pasang kapas pada telinga bayi. Berdasarkan pengalaman saya
saya sudah membelikan penutup telinga yang berbentuk seperti headset untuk bayi
namun ketika di dalam pesawat Shanum menolak untuk dipakaikan headset tersebut
karena mungkin merasa tidak nyaman. Sehingga saya hanya memakaikan kapas pada
telinganya. Yang paling penting adalah ketika pesawat sedang lepas landas bayi
harus disusui untuk mengurangi tekanan pada telinganya sehingga dia tidak
merasakan sakit pada telinganya. Demikian juga ketika pesawat akan mendarat.
Demikian informasi mengenai
bagaimana pengalaman saya membawa bayi naik pesawat yang bisa saya bagi. Semoga
bermanfaat. Terimakasih.