Kamis, 24 November 2011

Renungan Sebagai Anak Rantau

Hmmm... akhir-akhir ini sering banget baca postingan dari teman-teman saya tentang kisah-kisah mengharukan sebagai bahan perenungan bagi kita orang-orang yang masih berada di perantauan. Ada yang menulis kisah mengenai keluarga (ibu) yang jarang diperhatikan oleh anaknya karena kesibukan sebagai aktifis kampus, ada juga kisah mengharukan mengenai sayangnya bapak terhadap anaknya, dan mungkin kedepannya akan ada yang menulis mengenai bahan renungan agar kita lebih memperhatikan kakak, adik, nenek, kakek, atau teman. Membaca kisah-kisah seperti itu memang ada manfaatnya juga sih. Minimal sebagai bahan perenungan untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Berkumpul dengan keluarga bagi orang-orang merantau mungkin memang merupakan suatu hal yang sudah sangat jarang untuk bisa dilakukan. Perubahan kondisi dari kumpul setiap hari sebelum merantau dan setelah merantau memang pasti sangat terasa. Terutama di saat-saat nganggur atau tidak ada kerjaan. Hal ini memang berat. Namun perasaan berat tersebut biasanya akan tergantikan dengan besarnya harapan mengenai kehidupan yang lebih baik kedepannya. Terkadang ada berbagai hal juga yang membangkitkan semangat seperti syair yang saya comot dari comment facebook teman saya ini.

syair imam syafi'i:

"orang berilmu & beradab tdk akan diam d kampung halaman tinggalkanlah negerimu & merantaulah ke negeri orang merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat & kawan berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
"

Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana rasanya orang tua yang ditinggal merantau oleh anak-anaknya pada jaman dahulu sebelum teknologi semaju sekarang. Mungkin, ditinggal merantau anak sama halnya dengan kehilangan anak karena ditinggal merantau adalah berarti tidak ada kontak sama sekali dengan keluarga dalam waktu yang mungkin tidak diketahui batasnya. Bersyukur saat ini sudah ada internet, telepon, sms, dll. yang menghapus batas hilangnya kontak dengan keluarga. Tiap hari bisa langsung berkomunikasi. Namun mungkin yang masih menjadi hambatannya adalah kesibukan. Kesibukan kerja, kuliah, atau bahkan kesibukan main dengan teman-teman baru juga bisa.

Saya tidak mau menulis hal-hal yang ekstrim. Namun, intinya selama masih ada kesempatan untuk mengobati rasa rindu terhadap keluarga baik rindu kita maupun rindu orang tua terhadap kita, yuk dimanfaatkan. Tarif operator untuk menelepon sekarang murah kok. Seribu rupiah bisa untuk sejam (kalo pake M3, gak tau yang lain). Tapi kalo masih bisa pulang ke rumah sih, ya mending pulang aja tapi jangan keseringan, biayanya mahal ntar. Hehe..

Note teman saya yang saya maksud mungkin ada yang mau baca:
note 1
Note 2
terus satu lagi tapi ga bisa di-link cz dari private group. hehe


Tidak ada komentar: